Jumat, 23 Oktober 2015

ALUMMU MADRASATUL ULA



“Alummu madrasatul ula”, seorang ibu adalah sekolah pertama bagi anak-anaknya. Dari ibulah anak mengenal segala hal baru dalam hidupnya. Belajar berbicara, mengenal banyak hal, menimba ilmu, dan pembentukan kepribadian untuk masa depannya kelak. Meskipun setelah anak tumbuh besar dan bersekolah kemudian banyak ilmu pengetahuan yang diperoleh di sana, tetap pendidikan pertama adalah seorang ibu. Mengapa demikian? Di sekolah anak akan mudah beradaptasi dengan lingkungannya jika di rumah telah terbentuk mental yang baik dan kesiapan untuk bertemu dengan banyak orang.

Tapi jangan lupa jika seorang ibu adalah sekolah pertama bagi anak-anaknya, maka tambahkan ayah adalah kepala sekolahnya. Lalu apa fungsi kepala sekolah? Membuat tenaga pendidiknya nyaman. Tenaga pendidik tersebut adalah ibu, ketika seorang ibu merasa nyaman dan bahagia maka anak akan dididik dengan baik begitu pula sebaliknya. Jika kebahagiaan ibu tidak terjamin maka bisa jadi ia akan membuang emosi sampah kepada anak-anaknya. Kemudian seorang ayah sebagai kepala sekolah bertugas menentukan visi dan misi anak didiknya lantas mensosialisasikan kepada ibu sebagai tenaga pendidik. Evaluasi, ini lagi-lagi bukan tugas seorang tenaga pendidik, namun tugas kepala sekolah, “bu, kok ayah lihat anak kita sudah besar belum bisa ngaji coba gimana sekolahnya, ibu ajarkan tidak?” dan lain sebagainya.

Kemudian membuat aturan, jangan sampai terbalik ibu yang membuat aturan. Aturan seharusnya disusun oleh sang kepala sekolah dan disosialisasikan kepada tenaga pendidik sebagai orang di lapangan. Jadi, meskipun ayah yang mencari nafkah, sering keluar rumah untuk bekerja, pastikan saat pulang ke rumah jiwa raga ayah untuk anak-anak. Mengapa demikian? Dalam al-Qur’an ada 17 dialog tentang anak, 14 diantaranya tentang ayah dan anak, Luqman dengan anaknya, Ibrahim – Ismail, Ibrahim – Ishak, Syuaib dan anaknya, dan sebagainya. Hanya 2 dialog dalam al-Qur’an yang berisi dialog ibu dan anak, saudara Musa dan Maryam – Isa. Karena dalam Islam seoarang anak akan ikut nasab ayahnya, nasab berarti pertanggung jawaban akan diminta dari seorang ayah berhasil atau gagal dalam kepemimpinan atas keluarganya.

Untuk menjadi sekolah pertama bagi anak-anaknya, seorang ibu membutuhkan bekal utama. Jika sebuah instansi sekolah, maka sekolah tersebut akan menjadi sekolah unggulan jika tenaga pendidiknya berpengalaman dan mempunyai cukup persiapan. Bekal pertama adalah iman dan taqwa. Keduanya ibarat benteng penjaga kemurnian fitroh anak didiknya. Kemudian ilmu dan pengetahuan, ilmu adalah petunujuk terbaik dan pengalaman aalah guru yang baik. Tanpa ilmu seorang ibu tidak akan menjadi pendidik sejati dan tanpa pengalaman tidak akan menjadikan pendidik yang handal. Antara ilmu dan pengetahuan harus berpadu dalam diri seorang ibu. Semua itu karena mendidik anak bukan sekedar membesarkan, namun membekali, membimbing, mengarahkan dan mengembangkan serta mengawal menuju keridhaan Allah swt dan Rasul-Nya. Bekal yang ketiga adalah sabar dan tawakkal. Mendidik anak bukanlah hal yang gampang, banyak hambatan dan rintangan dalam prosesnya. Oleh karena itu, seorang ibu hendaklah berbekal sabar dan tawakkal dalam menghadapi berbagai persoalan dan masalah. Yang terakhir do’a dan keikhlasan. Do’a seorang ibu akan mengantarkan anaknya pada kesuksesan. Karena sesungguhnya jika telah berusaha maksimal yang terakhir bisa diharapkan adalah do’a.

Wanita adalah tiang negara, Rasululloh Muhammad Saw bersabda “Wanita adalah tiang negara !”. Hancur atau majunya suatu negara tergantung bagaimana kondisi perempuan yang ada di dalamnya. Apabila baik akhlak para wanitanya, maka baik pulalah negara itu. Dan apabila buruk perangainya, maka buruk dan hancurlah negara tersebut. Karena di pundak wanitalah, bangunan pendidikan itu digantungkan. Ibu adalah pendidik yang pertama, dan utama, tidak saja sejak kita dilahirkan ke dunia ini, akan tetapi pendidikan itu sudah dimulai sejak kita masih berada dalam kandungan. Seorang penyair bahkan mengatakan bahwa seorang ibu ibarat sekolah, apabila seorang ibu menyiapkan dengan baik. Berarti ia menyiapkan satu bangsa yang harum namanya. Begitu juga orang-orang bijak banyak yang mengaitkan keberhasilan para tokoh dan pemimpin dengan peran dan bantuan kaum wanita lewat ungkapan “dibalik keberhasilan setiap pembesar, ada wanita!” Tidak dapat dipungkiri bahwa ibu adalah madrasah pertama bagi putra-putrinya yang akan meneruskan tongkat estafet peradaban ini.

Tidak heran jika muncul ungkapan, dibalik kelembutan seorang wanita ia bisa mengayunkan buaian di tangan kanan dan mengguncang dunia dengan tangan kirinya. Demikian ibu adalah sekolah pertama bagi seorang anak, bagi generasi penerus bangsa, bagi calon pemimpin bangsa.

Teruntuk ibuku tercinta, ibu yang juga berperan sebagai seorang ayah... .. .
Kami tau
Tak ada sesuatupun yg dapat membalasmu
Tak ada satu halpun yg dapat kami perbuat
Yg setara dengan pengorbananmu
Hati seperti apakah hatimu.. ??
Yg merelakan segalanya
Merelakan apa saja
Meski kau tau itu sangat sulit
Tetap kau berusaha
Hidupmu adalah bekerja
Pekerjaanmu adalah untuk menghidupi kami
Kehidupan kami adalah semangatmu
Semangatmu adalah kami
Itulah katamu
Bertahan walau sulit
Tegar dalam penderitaan
Tersenyum walau pahit
Ikhlas dalam cobaan
Itulah dirimu
Selalu mengecewakanmu
Selalu membuatmu menangis setiap malam
Selalu merepotkanmu dalam setiap kesempatan
Selalu mengganggumu dalam setiap ketenangan
Itulah kami, anak-anakmu..
Tapi kau tetap menyebut kami dalam setiap do’amu
Tetap memberi senyuman di setiap pertemuan
Memberi pelukan di setiap kesedihan
Memberi nasehat di setiap kesulitan
Terima kasih Bunda..
Sungguh wanita yg mulia
Adalah pahlawan dari setiap pahlawan yg ada
Tiada tara kebaikanmu
Tiada tertandingi kehebatanmu
Kami menyayangimu